Menteri keuangan Agus
DW Martowardojo menjawab pertanyaan wartawan, di Jakarta, Selasa (2/4),
menyatakan prihatin dengan inflasi yang cenderung tinggi selama Januari-Maret.
Meski inflasi inti masih dalam batas wajar, tren inflasi yang tinggi tersebut
harus bisa diatasi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, inflasi Maret
sebesar 0,63 persen dibandingkan Februari, penyumbang utama inflasi Maret
adalah lonjakan harga bawang merah, bawang putih, cabai rawit, dan jeruk.
Meroketnya harga
sejumlah produk hortikultura sebagai penyumbang utama inflasi Maret, kata Agus,
harus segera disikapi. “Kondisi inflasi cenderung tinggi pasti harus disikapi
dengan bauran kebijakan moneter dan didukung oleh kebijakan fiskal dan
kebijakan disektor riil yang harmonis. Tidak bisa diselesaikan di satu sisi
saja,”kata Agus.
Secara terpisah, Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Chatib Basri menyatakan, tingginya
inflasi Januari-Maret menjadi perhatian investor. “Bagi investor, dampak
terbesar dari naiknya inflasi adalah adanya kemungkinan rupiah melemah sehingga
return mereka lebih kecil. Ini yang membuat mereka ragu,” kata Chatib.
Kekhawatiran investor
bahwa inflasi bakal tinggi, menurut Chatib, tercermin pada imbal hasil surat
utang negara (SUN) yang dikeluarkan Kementerian Keuangan. Selama dua bulan
terakhir, imbal hasil naik di atas 60 basis poin. Bagi pemerintah, tingginya
inflasi menyebabkan harga SUN menjadi lebih murah sehingga pemerintah harus
membayar utang dengan nilai yang lebih mahal.
“Stabilitas ekonomi
makro harus dijaga supaya investasi tetap bisa masukkarena terus terang
sekarang ini sumber pertumbuhan ekonomi hanya dua, yakni konsmsi rumah tangga
dan investasi karena ekspor masih lamban dan pengeluaran pemerintah masih
tumbuh negatif,” kata Chatib. (LAS)
Sumber : Kompas. Rabu,
3 April 2013